Selasa, 20 November 2012

DIGITAL VERSUS ANALOG NYATA

pakaian kotor
Saya untuk ketiga kali mengirim pakaian ke loundry yang tidak begitu  jauh dari rumah, kebetulan mereka punya iklan yang menarik, Rp 24.000 /5 kg, dan karena saya tahu ditempat lain rata-rata harga Rp 5.000 /kg, lumayan saya pikir bisa menghemat Rp 1.000,- / 5 kg. Pertama kali tidak masalah karena saya mengirim ke mereka cukup banyak pakaian kotor dengan meminta karyawan saya mengantar kesitu dan mengambilnya keesokan harinya, kata karyawan saya 10 kg, jadi total Rp 48.000, saya rasa wajar saja dan kasih uang Rp 48.000  Seminggu kemudian saya kembali meminta anak saya antar pakaian yang tidak terlalu banyak ke loundry yang sama, dan keesokan harinya anak saya melaporkan bayarnya Rp 48.000, lho kok begitu? Dalam hati saya bertanya, karena pakaian sebanyak itu paling-paling hanya sekitar 1 kg atau lebih sedikit, tapi saya tidak mengatakan apa-apa dan kasih uangnya. Dan kemarin untuk ketiga kalinya iseng-iseng  sebelum mengantar kesana saya menimbang menggunakan timbangan digital gantung 40kg, dan saya sengaja membatasi kurang sedikit dari 10 kg, dan tertera persis  9,7 kg, dan minta anak saya untuk mengantarkan. Pulangnya anak saya bilang tagihan sebesar Rp 72.000 ( di loundry ditimbang dan beratnya 13 kg jadi dihitung 15 kg dengan perhitungan sbb 3 x 5kg @ Rp 24.000 =Rp  72.000), wah kalau begini sudah masalah namanya, yang usaha terlalu cepat kaya dan konsumen yang jatuh miskin, ini perampokan. 

cucian di loundry

Saya sengaja sendirian ke loundry yang sama sambil bawa bon dan baju saya yang sudah rapih dan diplastikin dikeluarkan, lalu saya minta mereka timbang kembali, dan  mereka menggunakan timbangan gantung analog dengan jarum penunjuk, dan diperlihatkan pada saya berat total 13 kg. Lalu saya keluarkan dari saku timbangan digital gantung yang sengaja saya bawa dari rumah dan didepan karyawannya saya timbang dan angka menerakan 9,7 kg, lalu saya katakan,
ngotot
“Bagaimana anda bisa meminta saya harus bayar Rp 72 000 padahal saya sengaja dari rumah membatasi hanya sampai 9,7 kg, dan disini dengan timbangan kalian beratnya menjadi 13 kg? “ 
“Wah saya kan cuma tahu timbangan yang kami pakai disini”,  begitu jawabnya.
“Ok, apakah anda mau katakan timbangan kalian itu lebih benar dari timbangan saya ini dan timbangan saya yang tidak benar?” Dia diam dan  masuk kedalam memanggil pemiliknya, dan pemiliknya bertanya apa masalahnya. Secara singkat saya ceritakan kembali masalahnya dan kembali menimbang didepannya dengan timbangan yang saya bawa. Dan dia katakan,
“Saya tidak tahu itu, timbangan saya juga dapat beli, apa maksud bapak mau katakan saya mengotak-atik timbangan ini?”
 “Saya tidak pernah katakan begitu, anda yang mengatakan begitu”, jawab saya dan tiba-tiba dia balik badan meninggalkan saya sambil bilang,
“Sudahlah, terserah bapak saja mau kasih berapa”,
tapi saya jawab,
“Tidak bisa begitu,,, ini bukan soal uang tapi yang mana yang benar mana yang tidak, dan saya hanya akan bayar sebanyak yang saya gunakan!”,
dia melengos dan pergi. Karyawannya nampak bingung, dan saya bayar Rp 50.000, dan dikembalikan Rp 2.000.


Saya tidak tahu berapa banyak konsumen yang merasa dirugikan seperti saya, namun menurut saya sebaiknya jangan buru-buru tergiur dengan iklan, yang ternyata cuma mulut buaya yang siap memangsa.
Saya juga tidak bermaksud mengatakan pihak loundry mungkin mengakali timbangan mereka, tapi saya dengar banyak kasus penyetelan timbangan dan alat ukur yang dilakukan secara ilegal, seperti meter pom bensin, argo kuda taxi,dan sebagainya, namun setahu saya itu terjadi pada alat-alat yang masih manual dan sangat kecil kemungkinnya dapat dilakukan pada alat-alat digital. Anda bisa bayangkan seperti yang saya alami itu, selisih berat sampai 3 kg lebih untuk penimbangan 10kg, sekitar 30% lebih, lalu bagaimana jadinya kalau 30 kg, 50 kg??
Dulu setahu saya ada Badan Tera yang bertugas mengontrol dan mengkalibrasi timbangan yang digunalan pedagang, pom bensin,  argometer taxi dll,tapi saya tidak tahu apakah mereka menyentuh juga timbangan pada usaha loundry yang begitu menjamur sekarang ini, namun demikan saya kira kewajiban kita jugalah sebagai konsumen untuk mengontrol hal-hal demikian agar sebagai konsumen kita tidak menjadi korban, salah satunya  ada baiknya memiliki timbangan sendiri dirumah sebagai pembanding.

Tidak ada komentar: